JURNALISME WARGA “ASINAN YANG BERSUARA”
Pademi merupakan sebuah mimpi buruk bagi banyak sektor
bisnis, baik itu pada UMKM (usaha kecil mikro menengah) atau bahkan usaha besar
sekalipun. Ketidakmampuan dalam mengatasi ketidakseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran atau bahkan menjaga kestabilan menjadikan masa depan usaha yang
suskses hanya angan-angan. Terutama bisnis kecil menegah yang saat ini
ter’engah-engah dalam menjaga pemasukan yang tidak stabil dimasa pademi yang
labil. Kebijakan dari pemerintah yang ta’ati tidak terlalu membantu mereka
dalam menjaga usaha mereka yang bisa saja mati.
Sebut saja Ibu Pipit yang juga merupakan pedagang
asinan yang terdampak kebijakan dimasa pademi ini. Beliau menjelaskan dari
bagaimana sulitnya mendapatkan penghasilan rata-rata seperti saat sebelum
dimasa pademi yang banyak. Memang kita tahu semua sektor bisnis banyak yang
jatuh sebagai akibat atau dampak dari kerasnya perjuangan dimasa pademi seperti
ini. Tapi kita harus tahu bahwa tidak dari mereka semua yang beruntung dalam
mengendalikan bisnis mereka yang terombang ambing dalam keputusasaan pemasukan
yang tidak stabil dalam masa pademi seperti ini.
Ibu Pipit juga menjelaskan dalam wawancara yang kami
lakukan pada selasa sore, bahwa disamping kebijakan merka mengenai, hmmm…, kita
sebut saja pembatasan uang, Eh maksud saya pembatsan sosial dihari libur
menjadikan pemasukan yang seharusnya lebih banyak dihari libur menjadi harapan
saja selama pembatasan sosial dihari libur berlangsung. Dalam UMKM yang diurus
dan dikerjakan satu orang dari beberapa jenis usha memang terlihat lebih mudah
mengendalikan pengeluaran dan pemasukan karena tidak adanya biaya tambahan
dalam pemberian gaji kariyawan, akan tetapi akan sulit jadinya ketika mereka
tidak mempunyai referensi terkait relasi bisnis yang dapat membantunya baik itu
relasi dalam artian hubungan dengan orang-orang atau teman yang dapat membantu
atau bahkan teknologi sebagai relasi atau penghubung bagi barang yang akan
ditawarkan.
Dalam akhir sesi wawancara bersama ibu pipit pada hari
selasa akhir bulan februari lalu beliau menjelaskan bahwa tidak adanya bantuan
yang juga diberikan sebagai bentuk kompensasi terhadap diberlakuan pemabatasan
sosial tersebut dalam mengurangi penyebaran covid19 ini. Kita juga udah tau
kalau virus ini sudah lama berlangsung dan selama setahun ada, tapi kenapa
pembatasan sosial yang dilakukan tidak di-iringi dengan bantuan terhadap UMKM
yang terdampak, apa memang kita saja yang tidak mandiri, atau dana yang
digunkan sudah di kor.., Eh, dikorbankan untuk bantuan yang lebih penting
seperti bencana alam maksudnya. Besar harapan saya, kami para pengusaha yang
menjalankan UMKM atau bahkan usaha lebih besar agar hal tersebut dapat terwujud
sebagai bentuk keadilan sosial bagi seluruh pengusaha indonesia, pengusha UMKM
kan kebnyakan rakyat indonesia, iya ngak. Kalo usaha lebih besar seperti
perusahaan mungkin. Entah. Saya Alfin sebagai penulis mengucapkan terima kasih
telah membaca tetap jaga jarak, cuci tangan, pakai masker atau terapkan 5M,
“Stay Safe”.
Komentar
Posting Komentar